Dewasa
Pukul 23. 50 saat saya siap untuk menulis disini. Baru selesai nugas dan mau siap siap tidur namun ada satu hal yang mengganjal dan membuat mata sulit untuk terpejam.
Semakin kita bertambah usia apa hal yang dirasakan oleh diri masing - masing? Rasa rela, rasa mengerti, atau bahkan rasa ikhlas?
Seringkali saya mendengar bahwa ketika usia kita bertambah kita harus semakin dewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Ada beberapa selentingan juga yang mengatakan "Geus kolot atuh, cik rada dewasa saeutik" (Sudah tua, coba agak lebih dewasa). Sebenarnya apasih dewasa itu? Tolak ukur apa yang dipakai saat mengatakan seseorang itu sudah dewasa atau belum?
Apa yang saya fikirkan adalah, dewasa itu kondisi dimana lebih diandalkannya logika dan realitas dalam menghadapi masalah, tapi semakin saya fikirkan semakin saya merasa kalau saya itu egois. Kenapa egois? Karena ketika saya mengedepankan hal yang harus diambil maka saya sebetulnya secara sadar atau tidak, lari dari masalah itu.
Terimakasih pada teman saya yang sudah menyadarkan bahwa pada dasarnya dewasa itu kuncinya ikhlas, karena ketika kita sudah ikhlas, maka kita akan menerima dan mengerti, setelah kita mengerti, maka emosi akan teredam, dan dengan hati yang dingin, maka jalan keluar dapat mulai difikirkan.
Hal tersulit di dunia menurut saya adalah ikhlas, kondisi dimana kita bisa menerima dan memaafkan keadaan. Sesusah apapun, sekeras apapun, serumit apapun. Dengan ikhlas, maka berdamailah hati dengan kenyataan yang terjadi.
Yang membuatnya sulit, karena masih ada rasa ingin menang dan tak mau kalah yang masih menguasai hati. Rela, mungkin kita sudah rela apabila kejadian tersebut pada akhirnya terjadi. Mengerti, mungkin saja kita dapat memaklumi kejadian tersebut dengan pikiran - pikiran baik yang kita buat sendiri. Namun Ikhlas? Apakah sudah memaafkan diri sendiri dan keadaan untuk mulai sesuatu yang baru lagi dalam mencari jalan keluar tanpa harus lari dari masalah? Entahlah.
Apa saya sudah dewasa? Mungkin belum, karena masih saja ada yang mengganjal meskipun setelah menulis ini.
Semakin kita bertambah usia apa hal yang dirasakan oleh diri masing - masing? Rasa rela, rasa mengerti, atau bahkan rasa ikhlas?
Seringkali saya mendengar bahwa ketika usia kita bertambah kita harus semakin dewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Ada beberapa selentingan juga yang mengatakan "Geus kolot atuh, cik rada dewasa saeutik" (Sudah tua, coba agak lebih dewasa). Sebenarnya apasih dewasa itu? Tolak ukur apa yang dipakai saat mengatakan seseorang itu sudah dewasa atau belum?
Apa yang saya fikirkan adalah, dewasa itu kondisi dimana lebih diandalkannya logika dan realitas dalam menghadapi masalah, tapi semakin saya fikirkan semakin saya merasa kalau saya itu egois. Kenapa egois? Karena ketika saya mengedepankan hal yang harus diambil maka saya sebetulnya secara sadar atau tidak, lari dari masalah itu.
Terimakasih pada teman saya yang sudah menyadarkan bahwa pada dasarnya dewasa itu kuncinya ikhlas, karena ketika kita sudah ikhlas, maka kita akan menerima dan mengerti, setelah kita mengerti, maka emosi akan teredam, dan dengan hati yang dingin, maka jalan keluar dapat mulai difikirkan.
Hal tersulit di dunia menurut saya adalah ikhlas, kondisi dimana kita bisa menerima dan memaafkan keadaan. Sesusah apapun, sekeras apapun, serumit apapun. Dengan ikhlas, maka berdamailah hati dengan kenyataan yang terjadi.
Yang membuatnya sulit, karena masih ada rasa ingin menang dan tak mau kalah yang masih menguasai hati. Rela, mungkin kita sudah rela apabila kejadian tersebut pada akhirnya terjadi. Mengerti, mungkin saja kita dapat memaklumi kejadian tersebut dengan pikiran - pikiran baik yang kita buat sendiri. Namun Ikhlas? Apakah sudah memaafkan diri sendiri dan keadaan untuk mulai sesuatu yang baru lagi dalam mencari jalan keluar tanpa harus lari dari masalah? Entahlah.
Apa saya sudah dewasa? Mungkin belum, karena masih saja ada yang mengganjal meskipun setelah menulis ini.
Komentar
Posting Komentar